Untaian

Aku Tidak Butuh Hidup 1000 Tahun lagi,Aku hanya Mau Hidup 1000 Karya Lagi

Senin, 13 Februari 2012

Senandung Gerakan Mahasiswa?


Saya masih teringat ketika ada sekelompok mahasiswa meneriakkan ‘Suara Rakyat’!
Hidup mahasiswa!
Sebuah ‘Takbir’ dari gerakan mahasiswa. Dengan kata  inilah mahasiswa merasa bangga dengan apa yang dibuatnya walaupun orang lain menghujat atau mencemeeh. Selama masih sanggup meneriakkan kata ini maka tidak ada yang dapat menghalangi gerakan mahasiswa walau tembok sekalipun. Maka ikutlah saya dengan rombongan mereka bahkan saya menambah daftar  kata pembangkit motivasi yang saya ikuti, kata itu adalah “Allahuakbar”. Kata yang sanggup melawan sekutu dan membakar semangat rakyat Indonesia dan para sahabat  radiyalluanhu (ra). Kata dimana kemungkaran akan menggigil saat mendengar pekikan takbir ini. Apalagi jika disandingkan dengan kata “Hidup Mahasiswa!” maka energy yang telah terbentuk akan bertambah kapasitasnya.
Selama mengikuti ‘Pentrainingan’ tidak sedikit kegiatan yang telah saya ikuti demi mencari pengobat keresahan hati ini, resah akan kondisi bangsa yang menurut sebagian orang telah kacau atau mungkin sengaja dibuat kacau oleh sebagian oknum. Setiap hari saya mendapatkan penenang hati dengan harapan – harapan dan idealisme. Sebuah perjalanan yang nikmat. Terkadang sesuatu yang membuat saya tertekan juga menghampiri, bahkan sering. Tetapi sekarang saya baru merasakan manfaatnya dari seringnya menghadapi ‘tekanan’ tersebut.
Selama hampir lima tahun saya menjalani proses kaderisasi membuat saya sedikit banyak mengetaui bagaimana seharusnya bertindak sebagai mahasiswa dan sebagai masyarakat bangsa ini. Sebuah jiwa yang sulit didapatkan.
Memasuki ‘dunia nyata’ saya baru merasakan bagaimana ternyata tidak semua yang saya harapkan ada.
Bahkan lama kelamaan hati ini terkikis, terkikis kepercayaan terhadap perjuangan. Tidak sedikit mahasiswa yang selama ini saya harapkan menjadi PANUTAN saya menjadi pragmatis. Tidak hanya itu saja, bahkan terkesan meniru pejabat – pejabat yang selama ini di demonya, mungkin benar kata orang, “Pada saat mengandung jangan suka bicara kotor, mengejek orang, membunuh binatang atau bertingkah aneh, nanti anakmu kena karmanya” mungkin ini terjadi dari gerakan mahasiswa saat ini. Pada saat masih mahasiswa dan dalam kondisi “mengandung” sering mengata – ngatakan keburukan pejabat sehingga pada saat ‘melahirkan’ maka ‘anaknya’ terkena karma, bahkan lebih tragis lagi sebelum ‘melahirkan’ telah mendapat karma dan mengikuti tingkah polah mereka. Atau ini hanya sebuah pamali yang seharusnya tidak ada tapi diada – adakan atau memang seperti roda kehidupan? Saat sekarang kita idealis dan saat telah diberi kesempatan untuk menduduki posisi yang sering kita kritisi ternyata kita menikmatinya.
Apa yang salah dengan gerakan ini?
Atau memang tidak salah? Atau kurang bias menerima nya saja?
Atau memang belum saatnya kita memimpin?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar